Demam kelinci atau tularemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis. Penyakit ini umumnya menyerang hewan pengerat seperti tikus, kelinci, dan tupai. Namun, manusia juga bisa terinfeksi jika terpapar bakteri ini melalui gigitan serangga atau kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Belakangan ini, kasus demam kelinci di Amerika Serikat mengalami lonjakan yang signifikan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kasus demam kelinci di AS telah meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Hal ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit ini.
Gejala demam kelinci bervariasi tergantung pada cara masuknya bakteri ke dalam tubuh. Gejala umum yang sering muncul adalah demam tinggi, kedinginan, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Selain itu, bisa juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, dan nyeri tenggorokan.
Penting untuk segera mengobati demam kelinci karena jika dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit ini bisa berakibat fatal. Pengobatan demam kelinci biasanya dilakukan dengan pemberian antibiotik selama beberapa minggu.
Untuk mencegah penyebaran demam kelinci, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Hindari kontak langsung dengan hewan yang berpotensi terinfeksi bakteri Francisella tularensis.
2. Gunakan perlengkapan pelindung seperti sarung tangan saat berkebun atau beraktivitas di area yang berpotensi terdapat hewan pengerat.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air setelah berkontak dengan hewan atau tanah yang mungkin terkontaminasi bakteri.
4. Jaga kebersihan lingkungan sekitar rumah, terutama dari kotoran hewan pengerat yang bisa menjadi sumber penularan penyakit.
Ketika mengalami gejala demam kelinci, segera periksakan diri ke dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Jangan mengabaikan gejala yang muncul karena penanganan dini akan mempercepat proses kesembuhan dan mencegah penyebaran penyakit ke orang lain. Semoga informasi ini bermanfaat dan tetap waspada terhadap penyakit demam kelinci.