Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengungkapkan bahwa jumlah gigitan nyamuk meningkat hingga 2,5 kali lipat saat cuaca panas. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk, terutama nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penyebar virus dengue.
Menurut data yang dirilis oleh Kemenkes, gigitan nyamuk sering terjadi di daerah-daerah yang memiliki tingkat kelembaban tinggi dan temperatur udara yang panas. Hal ini membuat nyamuk lebih aktif mencari mangsa untuk menghisap darah, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit seperti demam berdarah.
Selain itu, cuaca panas juga mempengaruhi perkembangan telur dan larva nyamuk yang lebih cepat. Hal ini membuat populasi nyamuk semakin meningkat dengan cepat, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit yang dibawa oleh nyamuk.
Oleh karena itu, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap gigitan nyamuk saat cuaca panas. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan menggunakan kelambu saat tidur, memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh, menghindari genangan air sebagai tempat berkembang biak nyamuk, serta menggunakan obat anti nyamuk untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan berbagai upaya pemberantasan sarang nyamuk di berbagai wilayah yang memiliki kasus demam berdarah tinggi. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi risiko penularan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, terutama saat cuaca panas.